Image description
Image captions

Amerika Serikat secara resmi mengonfirmasi penggunaan enam unit pesawat jet tempur siluman B-2 Spirit untuk menyerang fasilitas nuklir Iran pada Sabtu malam waktu setempat, (22/6). Sebanyak 12 bom penghancur bunker dijatuhkan ke situs bawah tanah Fordow dalam serangan terbesar AS terhadap infrastruktur nuklir Iran dalam satu dekade terakhir.

Menurut pejabat pertahanan AS yang dikutip CNN, selain Fordow, dua fasilitas lainnya yakni Natanz dan Isfahan juga dihantam oleh rudal jelajah TLAM yang ditembakkan dari kapal selam Angkatan Laut AS. 

Natanz turut menjadi sasaran dua bom bunker dari salah satu B-2.

Bom yang digunakan dalam serangan ini adalah GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP) seberat 13.500 kilogram, dirancang khusus untuk menghancurkan target yang terkubur dalam seperti fasilitas pengayaan uranium di dalam pegunungan.

Presiden Donald Trump dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa misi ini bertujuan untuk “menghentikan ancaman nuklir dari Iran secara total.” Ia menyebut operasi itu “sangat sukses” dan semua pesawat “telah kembali dengan selamat.”

B-2 Spirit: Pesawat Tempur Siluman Terkemuka Dunia

B-2 Spirit dikenal sebagai pembom strategis paling canggih dalam inventaris militer AS. Pesawat ini bernilai sekitar USD 2 miliar per unit, dan merupakan satu-satunya platform udara yang mampu mengangkut bom penghancur bunker GBU-57.

Pesawat ini berbasis di Whiteman Air Force Base, Missouri, dan dioperasikan oleh 509th Bomb Wing di bawah komando Air Force Global Strike Command. Dari pangkalan itu, B-2 dapat memproyeksikan kekuatan udara AS ke seluruh dunia dalam waktu singkat.

B-2 didesain dengan bentuk sayap terbang (flying wing) dan material komposit yang mampu menghindari deteksi radar musuh. Teknologi siluman (stealth) dan kemampuan jarak jauhnya memungkinkan pesawat ini menembus wilayah pertahanan udara lawan tanpa terdeteksi.

Iran Bersiap Balas

Serangan tersebut memicu respons keras dari Iran. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengumumkan bahwa “perang telah dimulai” dan menyatakan seluruh warga serta fasilitas militer AS di kawasan kini menjadi target.

Hossein Shariatmadari, penasihat Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, bahkan menyerukan penutupan Selat Hormuz dan serangan rudal terhadap kapal perang AS di Bahrain.

Pasca serangan, Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) dan FBI meningkatkan pemantauan terhadap potensi ancaman balasan. 

Polisi di New York dan Washington DC menambah personel di lokasi sensitif, termasuk rumah ibadah dan gedung diplomatik.