Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Djamari Chaniago mengumpulkan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) M. Herindra di kantornya pada Senin (8/12). Dalam kesempatan itu, Djamari melakukan konsolidasi penanganan bencana di Sumatera.
Dalam keterangan yang disampaikan kepada awak media, Menko Djamari menegaskan komitmen pemerintah untuk hadir secara cepat dan terkoordinasi dalam penanganan bencana dahsyat yang melanda Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar). Dia menegaskan bahwa negara hadir untuk membantu para korban.
Hal itu ditegaskan oleh Djamari meski sempat muncul narasi negatif di ruang publik yang menilai pemerintah lamban. Menurut dia, sejak awal aparat negara sudah bergerak secara masif mulai awal tanggap darurat bencana. Dia tegas menyatakan, negara hadir secara penuh melalui kekuatan pertahanan, keamanan, dan intelijen dalam satu komando terkoordinasi.
"Dalam situasi darurat seperti ini, yang dibutuhkan adalah kecepatan, ketepatan, dan soliditas yang terkolaborasi. TNI, Polri, dan BIN bergerak dalam satu napas untuk memastikan keselamatan rakyat, distribusi bantuan, serta stabilitas keamanan tetap terjaga,” kata dia tegas
Djamari mengungkapkan bahwa TNI sudah mengerahkan 30.864 personel dari 3 matra, baik TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU. Puluhan ribu prajurit tersebut dikerahkan ke 3 provinsi terdampak bencana. Tidak hanya itu, TNI sudah mengerahkan 18 pesawat, 36 helikopter, dan 16 kapal, termasuk kapal-kapal besar yang bisa diandalkan untuk mempercepat distribusi bantuan.
Laporan yang diterima oleh Djamari juga mencatat sudah ada 21.700 prajurit TNI AD yang bergerak untuk membuka akses-akses jalan yang terputus, membantu evakuasi korban, mendirikan dapur umum, membangun shelter darurat, dan mendukung layanan kesehatan. Sementara bantuan kemanusiaan yang sudah sampai ke zona darurat sebanyak 1.559 ton.
Selain itu, Polri juga sudah mengerahkan banyak personel melalui operasi kemanusiaan terintegrasi. Diantaranya 497 personel diterjunkan langsung ke wilayah Aceh, Sumut, dan Sumbar. Kemudian 219 personel tambahan yang terdiri atas pasukan Brimob, tim medis, K-9, dan DVI dikirim ke Sumut untuk mempercepat proses evakuasi, identifikasi korban, serta pengamanan lokasi terdampak bencana.
Sementara BIN terus menjalankan fungsi-fungsi intelijen untuk memastikan seluruh bantuan tepat sasaran dan aman selama proses distribusi berlangsung. Mengandalkan jaringan intelijen di Aceh, Sumut, dan Sumbar, BIN melakukan monitoring ancaman, pemetaan risiko lanjutan, serta pengawalan distribusi bantuan, sekaligus menyuplai data dan rekomendasi strategis kepada pemerintah pusat.
Tidak hanya itu, BIN memainkan peran penting dalam peringatan dini terhadap potensi bencana susulan maupun kerawanan sosial. Sehingga keputusan taktis dan kebijakan nasional dapat diambil berbasis informasi intelijen yang akurat. Djamari menekankan bahwa kolaborasi TNI, Polri, dan BIN bukan hanya untuk penanganan jangka pendek, melainkan demi pemulihan jangka menengah.
”Soliditas ini adalah wajah negara di saat rakyat sedang dalam kondisi paling rentan. Kami memastikan bahwa bantuan tidak hanya cepat sampai, tetapi juga tepat sasaran, aman, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Lebih lanjut Djamari mengajak masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh narasi negatif di media sosial. Dia meminta semua pihak tetap mengedepankan solidaritas nasional dan kepercayaan terhadap kerja-kerja kemanusiaan yang sedang berlangsung secara terpadu. Hingga saat ini, jumlah korban meninggal dunia pasca bencana di 3 provinsi tersebut sudah menyentuh angka 961 orang.
sumber: jawapos