
Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD merespons keputusan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa yang ngotot tidak ingin Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dipakai untuk membayar utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh.
Whoosh mengancam masa depan kedaulatan bangsa. Utang Whoosh sangat besar dan sangat aneh, merupakan B to B tapi sekarang utangnya bertambah terus," kata Mahfud dikutip dari YouTube Mahfud MD Official, Rabu 15 Oktober 2025.
Menurut Mahfud, utang Whoosh terus menggunung. Setiap tahun untuk membayar bunga utang sudah tembus Rp2 triliun per tahun.
"Sementara penjualan tiket maksimal Rp1,5 triliun per tahun," kata Mahfud.
Mahfud mengatakan, dengan realitas tersebut maka negara dipaksa untuk menomboki terus.
"Kalau normal, pelunasan utang bisa 70-80 tahun," kata Mahfud.
Sebagai informasi, Whoosh alias Kereta Cepat Jakarta-Bandung dibangun dengan nilai total investasi 7,2 miliar dolar AS atau setara Rp116,54 triliun (asumsi kurs Rp16.186 per dolar AS). Dari total biaya investasi itu 7,2 miliar dolar AS itu, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank.
Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen
Sumber: rmol